Tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia
-
|
||
-
|
||
-
|
||
-
|
||
-
|
Kembali ke RI
|
|
-
|
Total
|
|
-
|
4,85%
|
|
-
|
Perkiraan 19 Juni 2009
|
|
-
|
||
-
|
||
Perkiraan 2011
|
||
-
|
Total
|
|
-
|
||
PDB
(nominal)
|
Perkiraan 2011
|
|
-
|
Total
|
|
-
|
||
IPM (2006)
|
||
Kiri
|
||
+62
|
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau,[5][6] oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara ("pulau luar", di samping Jawa yang dianggap pusat).[7] Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006,[8] Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
Sejarah
Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi
wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan
Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India.
Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh
pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta
berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli
perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra.
Setelah berada di bawah penjajahan
Belanda, Indonesia
yang saat itu bernama Hindia-Belanda menyatakan
kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat
berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi,
separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia
terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan
nasional Indonesia, "Bhinneka
tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap
satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki
populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang
mendukung tingkat keanekaragaman
hayati terbesar kedua
di dunia.
Indonesia juga
anggota dari PBB dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada
tanggal 7 Januari 1965, dan bergabung kembali pada tanggal 28 September 1966 dan Indonesia tetap dinyatakan sebagai
anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya Indonesia pada
tanggal 28 September 1950. Selain PBB, Indonesia
juga merupakan anggota dari ASEAN, APEC, OKI, G-20 dan akan
menjadi anggota dari OECD.
Etimologi
Kata
"Indonesia" berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti "Hindia" dan
kata dalam bahasa Yunani nesos yang
berarti "pulau".[9] Jadi, kata Indonesia berarti wilayah Hindia
kepulauan, atau kepulauan yang berada di Hindia, yang menunjukkan bahwa nama
ini terbentuk jauh sebelum Indonesia menjadi negara berdaulat.[10] Pada tahun 1850, George Earl, seorang etnolog berkebangsaan
Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia
untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu".[11] Murid dari Earl, James
Richardson Logan, menggunakan
kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India.[12] Namun, penulisan akademik Belanda di media
Hindia-Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan
Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch
Oost Indië), atau Hindia (Indië); Timur (de Oost);
dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).[7]
Sejak tahun
1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar
Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi
politik.[7] Adolf Bastian dari Universitas
Berlin
memasyarakatkan nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des
Malayischen Archipels, 1884–1894. Pelajar Indonesia pertama yang
menggunakannya ialah Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch
Pers Bureau pada tahun 1913.[10]
Sejarah
Sejarah awal
Peninggalan
fosil-fosil Homo erectus, yang oleh antropolog juga dijuluki "Manusia Jawa", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia
telah mulai berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu.[13] Bangsa
Austronesia, yang
membentuk mayoritas penduduk pada saat ini, bermigrasi ke Asia Tenggara dari Taiwan. Mereka tiba
di sekitar 2000 SM, dan menyebabkan bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke
wilayah-wilayah yang jauh di timur kepulauan.[14] Kondisi tempat yang ideal bagi pertanian, dan penguasaan atas cara bercocok tanam padi setidaknya sejak abad ke-8 SM,[15] menyebabkan banyak perkampungan, kota, dan kerajaan-kerajaan kecil tumbuh
berkembang dengan baik pada abad pertama masehi. Selain itu, Indonesia yang
terletak di jalur perdagangan laut internasional dan antar pulau, telah menjadi
jalur pelayaran antara India dan Cina selama beberapa abad.[16] Sejarah Indonesia selanjutnya mengalami banyak sekali pengaruh dari
kegiatan perdagangan tersebut.[17]
Sejak abad ke-1
kapal dagang Indonesia telah berlayar jauh, bahkan sampai ke Afrika. Sebuah bagian
dari relief kapal di candi Borobudur, k. 800 M.
Di bawah
pengaruh agama Hindu dan Buddha, beberapa kerajaan terbentuk di pulau Kalimantan, Sumatra, dan Jawa sejak abad ke-4 hingga abad ke-14. Kutai, merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri
pada abad ke-4 di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di wilayah barat pulau Jawa, pada
abad ke-4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan Tarumanegara. Pemerintahan Tarumanagara dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda dari tahun 669 M sampai 1579 M. Pada abad ke-7 muncul
kerajaan Malayu yang berpusat di Jambi, Sumatera. Sriwijaya mengalahkan Malayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang paling perkasa
di Nusantara. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu,
sekaligus mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Cina
Selatan.[18] Di bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 dan ke-10
wangsa Syailendra dan Sanjaya berhasil mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis
agrikultur di Jawa, dengan peninggalan bersejarahnya seperti candi Borobudur dan candi Prambanan. Di akhir abad ke-13, Majapahit berdiri di bagian timur pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih Gajah Mada, kekuasaannya meluas sampai hampir meliputi wilayah
Indonesia kini; dan sering disebut "Zaman Keemasan" dalam sejarah
Indonesia.[19]
Kedatangan
pedagang-pedagang Arab dan Persia melalui Gujarat, India, kemudian membawa agama Islam. Selain itu
pelaut-pelaut Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He)
yang beragama Islam, juga pernah menyinggahi wilayah ini pada awal abad ke-15.[20] Para pedagang-pedagang ini juga menyebarkan agama Islam di beberapa
wilayah Nusantara. Samudera Pasai yang berdiri pada tahun 1267,
merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Kolonialisme
Indonesia juga
merupakan negara yang dijajah oleh banyak negara Eropa dan juga Asia, itu
disebabkan Indonesia sejak zaman dahulu merupakan negara yang kaya akan hasil
alamnya yang melimpah, hingga membuat negara-negara Eropa tergiur untuk
menjajah dan bermaksud menguasai sumber daya alamnya untuk pemasukan bagi
negaranya, Negara-negara yang pernah menjajah diantaranya adalah;
- Portugis pada tahun 1509, hanya Maluku, lalu berhasil diusir pada pada tahun 1595
- Spanyol pada tahun 1521, hanya Sulawesi Utara, tetapi berhasil diusir pada tahun 1692.
- Belanda pada tahun 1602, seluruh wilayah Indonesia.
- Perancis secara tidak langsung menguasai Jawa pada periode 1806-1811 karena Kerajaan Belanda takluk kepada kekuatan Perancis. Ketika Louis Bonaparte adik Napoleon Bonaparte naik takhta Belanda pada tahun 1806, maka secara otomatis jajahan Belanda jatuh ke tangan Perancis. Periode ini berlangsung pada pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808-1811. Berakhir pada tahun 1811 ketika Inggris mengalahkan kekuatan Belanda-Perancis di pulau Jawa.
- Inggris pada tahun 1811, sejak ditandatanganinya Kapitulasi Tungtang yang salah satunya berisi penyerahan Pulau Jawa dari Belanda kepada Inggris, Pada tahun 1814 dilakukanlah Konvensi London yang isinya pemerintah Belanda berkuasa kembali atas wilayah jajahan Inggris di Indonesia. Lalu baru pada tahun 1816, pemerintahan Inggris di Indonesia secara resmi berakhir..
- Jepang pada tahun 1942, hanya 3,5 tahun, dan berakhir pada tahun 1945, sejak kekalahan Jepang kepada sekutu.
Ketika
orang-orang Eropa datang pada awal abad ke-16, mereka menemukan beberapa kerajaan yang dengan mudah
dapat mereka kuasai demi mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis
pertama kali mendarat di dua pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir dan bergerak ke
arah timur dan menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai yang terkuat di antara
negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya dan Portugal (kecuali untuk
koloni mereka, Timor Portugis). Pada masa itulah agama Kristen masuk ke
Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal sebagai 3G,
yaitu Gold, Glory,
and Gospel.[21] Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga Perang Dunia II, awalnya melalui VOC, dan kemudian
langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19.
Johannes van
den Bosch, pencetus Cultuurstelsel.
Di bawah sistem
Cultuurstelsel (Sistem Penanaman) pada abad
ke-19, perkebunan besar dan penanaman paksa dilaksanakan di Jawa, akhirnya
menghasilkan keuntungan bagi Belanda yang tidak dapat dihasilkan VOC. Pada masa
pemerintahan kolonial yang lebih bebas setelah 1870, sistem ini
dihapus. Setelah 1901 pihak Belanda memperkenalkan Kebijakan Beretika,[22] yang termasuk reformasi politik yang terbatas dan investasi yang lebih
besar di Hindia-Belanda.
Pada masa
Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang menguasai
Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942, Jepang melihat bahwa
para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan yang kooperatif dan bersedia
mengerahkan prajurit bila diperlukan. Soekarno, Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur, dan Ki Hajar
Dewantara diberikan
penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Indonesia merdeka
Soekarno, presiden pertama Indonesia.
Setelah perang Pasifik berakhir pada tahun 1945, di bawah tekanan organisasi
pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang pada saat itu sedang bulan
Ramadhan. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai presiden, wakil presiden,
dan perdana menteri. Dalam usaha untuk menguasai kembali
Indonesia, Belanda mengirimkan pasukan mereka.
Usaha-usaha
berdarah untuk meredam pergerakan kemerdekaan ini kemudian dikenal oleh orang
Belanda sebagai 'aksi kepolisian' (Politionele Actie), atau dikenal oleh
orang Indonesia sebagai Agresi Militer.[23] Belanda akhirnya menerima hak Indonesia untuk merdeka pada 27 Desember 1949 sebagai negara federal yang disebut Republik
Indonesia Serikat setelah
mendapat tekanan yang kuat dari kalangan internasional, terutama Amerika Serikat. Mosi Integral Natsir pada tanggal
17 Agustus 1950, menyerukan kembalinya negara kesatuan Republik Indonesia dan
membubarkan Republik Indonesia Serikat. Soekarno kembali menjadi presiden
dengan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dan Mohammad Natsir sebagai
perdana menteri.
Pada tahun
1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis gerakan non-blok pada awalnya, kemudian menjadi lebih
dekat dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat
Cina dan Yugoslavia. Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap
negara tetangga, Malaysia ("Konfrontasi"),[24] dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar.
Selanjutnya pada tahun 1965 meletus kejadian G30S yang
menyebabkan kematian 6 orang jenderal dan sejumlah perwira menengah
lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya Orde Baru yang segera menuduh Partai Komunis
Indonesia sebagai otak
di belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah
serta mengganti ideologi nasional menjadi berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan ini
sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah
Presiden Soekarno.
Jenderal Soeharto menjadi
presiden pada tahun 1967 dengan alasan untuk mengamankan negara
dari ancaman komunisme. Sementara itu kondisi fisik Soekarno
sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga
Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak
lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke
tanah air, dan akhirnya dicabut kewarganegaraannya. Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan
Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara masa pemerintahan Soekarno
disebut Orde Lama.
Soeharto
menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil mendatangkan investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal rezim Orde Baru
kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen
Ekonomi Universitas
California, Berkeley, yang
dipanggil "Mafia Berkeley".[25] Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk
pada tahun 1998.
Dari 1998
hingga 2001, Indonesia mempunyai tiga presiden: Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati
Sukarnoputri. Pada tahun 2004 pemilu satu hari terbesar di dunia[26] diadakan dan dimenangkan oleh Susilo Bambang
Yudhoyono.
Indonesia kini
sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan pertikaian bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk
mendapatkan kemerdekaan, terutama Papua. Timor Timur akhirnya resmi memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24
tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara
Timor Leste.
Pada Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat
Gempa bumi Samudra Hindia 2004 dan Gempa bumi
Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini
disusul oleh gempa bumi di
Yogyakarta dan tsunami yang menghantam Pantai
Pangandaran dan
sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang
tidak kunjung terpecahkan.
Politik dan pemerintahan
Gedung MPR-DPR
Istana Negara, bagian dari Istana Kepresidenan
Jakarta.
Indonesia
menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di
Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).
MPR pernah
menjadi lembaga
tertinggi negara unikameral, namun setelah amandemen ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi, dan komposisi
keanggotaannya juga berubah. MPR setelah amandemen UUD 1945, yaitu sejak 2004 menjelma
menjadi lembaga bikameral yang terdiri dari 560 anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) yang
merupakan wakil rakyat melalui Partai Politik, ditambah dengan 132 anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) yang
merupakan wakil provinsi dari jalur independen.[27] Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik
untuk masa jabatan lima tahun. Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh anggota
DPR ditambah utusan golongan dan TNI/Polri. MPR saat ini
diketuai oleh Taufiq Kiemas. DPR saat ini diketuai oleh Marzuki Alie, sedangkan DPD saat ini diketuai oleh Irman Gusman.
Lembaga
eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di
Indonesia adalah Kabinet
Presidensial sehingga para
menteri bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik
yang ada di parlemen. Meskipun demikian, Presiden saat ini yakni Susilo Bambang
Yudhoyono yang diusung
oleh Partai Demokrat juga menunjuk sejumlah pemimpin Partai Politik untuk duduk di kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga
stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya posisi lembaga legislatif di
Indonesia. Namun pos-pos penting dan strategis umumnya diisi oleh menteri tanpa
portofolio partai (berasal dari seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya).
Lembaga
Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah
Konstitusi, termasuk
pengaturan administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.
Pembagian administratif
v
Aceh
v
Riau
v
Kep.Riau
v
Jambi
v
Bengkulu
v
Lampung
v
Banten
v
Bali
v
Maluku
v
Papua
Indonesia saat
ini terdiri dari 33 provinsi, lima di antaranya memiliki status
yang berbeda. Provinsi dibagi menjadi 399 kabupaten dan 98 kota yang dibagi lagi menjadi kecamatan dan lagi menjadi kelurahan, desa, gampong, kampung, nagari, pekon, atau istilah
lain yang diakomodasi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan
Daerah. Tiap provinsi
memiliki DPRD Provinsi dan gubernur; sementara kabupaten memiliki DPRD Kabupaten dan bupati; kemudian kota memiliki DPRD Kota dan wali kota; semuanya dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu dan Pilkada. Bagaimanapun
di Jakarta tidak terdapat DPR Kabupaten atau Kota, karena Kabupaten
Administrasi dan Kota Administrasi di Jakarta bukanlah daerah otonom.
Provinsi Aceh, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Papua Barat, dan Papua memiliki hak istimewa legislatur yang
lebih besar dan tingkat otonomi yang lebih tinggi dibandingkan provinsi
lainnya. Contohnya, Aceh berhak membentuk sistem legal sendiri; pada tahun
2003, Aceh mulai menetapkan hukum Syariah.[28] Yogyakarta mendapatkan status Daerah Istimewa sebagai pengakuan terhadap
peran penting Yogyakarta dalam mendukung Indonesia selama Revolusi.[29] Provinsi Papua, sebelumnya disebut Irian Jaya, mendapat status otonomi
khusus tahun 2001.[30] DKI Jakarta, adalah daerah khusus ibukota negara. Timor Portugis digabungkan ke dalam wilayah Indonesia dan menjadi
provinsi Timor Timur pada 1979–1999, yang kemudian
memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara Timor Leste.[31]
Provinsi di
Indonesia dan ibukotanya
Pulau Sumatera
Pulau Jawa
Kepulauan Sunda
Kecil
|
|
Pulau Kalimantan
Pulau Sulawesi
Kepulauan Maluku
Pulau Papua
|
Geografi
Indonesia
adalah negara
kepulauan di Asia Tenggara[32] yang memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya
tidak berpenghuni[33], yang menyebar disekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak
pada koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BT - 141°45'BT serta terletak
di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania.
Wilayah
Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah
1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya
adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi Indonesia bermukim. Indonesia
terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatera dengan luas
473.606 km², Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas
189.216 km², dan Papua dengan luas 421.981 km². Batas wilayah
Indonesia diukur dari kepulauan dengan menggunakan territorial laut: 12 mil laut serta zona
ekonomi eksklusif: 200 mil laut,[34] searah penjuru mata angin, yaitu:
Negara Malaysia
dengan perbatasan sepanjang 1.782 km[33],
Singapura,
Filipina,
dan Laut Cina Selatan
|
|
Sumber daya alam
Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian
lahan terdiri dari tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput sebesar 7%, hutan dan daerah
berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14% dengan lahan irigasi seluas 45.970
km[35]
Pendidikan
Sesuai dengan
konstitusi yang berlaku, yaitu berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat
4 dan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, bahwa pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah mesti
mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD diluar gaji
pendidik dan biaya kedinasan. Namun pada tahun 2007 alokasi yang
disediakan tersebut baru sekitar 17.2 %, jauh lebih rendah dibandingkan
dengan negara Malaysia, Thailand dan Filipina yang telah
mengalokasikan anggaran untuk pendidikan lebih dari 28 %[36].
Ekonomi
Sistem ekonomi
Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Oeang Repoeblik
Indonesia (ORI) yang menjadi
mata uang pertama Republik Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah.
Pada masa
pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi
kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang
belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan
produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula
kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.[37]
Pemerintahaan
Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan menekan inflasi, menstabilkan
mata uang, penjadualan ulang hutang luar
negeri, dan berusaha
menarik bantuan dan investasi asing.[37] Pada era tahun 1970-an harga minyak bumi yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan
memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara
tahun 1968 sampai 1981.[37] Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun
1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai
rupiah yang terkendali,[37] selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia
khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989
sampai 1997[38] Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu,[39] yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri
Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998.
Saat ini
ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut.[40] Namun demikian, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi
tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.[41][42] Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang
hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.[43]
Indonesia
mempunyai sumber daya
alam yang besar di
luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia
pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah
mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.[44] Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yang
mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang 40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%.[45] Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang
daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja.
Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.[46]
Rekan
perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.
Meski kaya akan
sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam
bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh korupsi yang
merajalela dalam pemerintahan. Lembaga Transparency
International menempatkan
Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi
Korupsi, yang
dikeluarkannya pada tahun 2007.[47]
Indonesia
dalam Peringkat
internasional
Organisasi
|
Nama Survey
|
Peringkat
|
110 dari 157[48]
|
||
71 dari 111[49]
|
||
103 dari 168[50]
|
||
143 dari 179[51]
|
||
108 dari 177[52]
|
||
51 dari 122[53]
|
Demografi (Kependudukan)
Kepadatan
penduduk Indonesia menurut Sensus 2010
Menurut sensus
penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta,[54] dan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta.[8] 130 juta (lebih dari 50%) tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak sekaligus
pulau dimana ibukota Jakarta berada.[55] Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah Bangsa
Austronesia, dan terdapat
juga kelompok-kelompok suku Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak penduduk Indonesia yang
menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, yang
dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda, Madura, Batak, dan Minangkabau.
Selain itu juga
ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas di antaranya adalah etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke Nusantara melalui
perdagangan sejak abad ke 8 M dan menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia
terdapat sekitar 4 juta populasi etnis Tionghoa.[56] Angka ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 dan
2000 pemerintah melakukan sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat
Indonesia ke dalam suku bangsa dan keturunannya.
Islam adalah agama mayoritas yang
dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara
dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.[44] Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), dan
lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah Indonesia juga secara
resmi mengakui Konghucu.[57]
Kebanyakan
penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu, namun bahasa resmi negara, yaitu bahasa Indonesia, diajarkan di seluruh sekolah-sekolah
di negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.
Kota
|
Provinsi
|
Populasi
|
|
1
|
9.607.787
|
||
2
|
2.765.487
|
||
3
|
2.394.873
|
||
4
|
2.334.871
|
||
5
|
2.097.610
|
||
6
|
1.798.601
|
||
7
|
Depok
|
1.738.570
|
|
8
|
Semarang
|
1.555.984
|
|
9
|
Palembang
|
1.455.284
|
|
10
|
Makassar
|
1.338.663
|
|
11
|
Tangerang Selatan
|
1.290.322
|
|
12
|
Batam
|
1.137.894
|
Kebudayaan
Pertunjukan
Wayang kulit warisan budaya Jawa.
Indonesia
memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang
berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina,
Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya
tarian Jawa dan Bali tradisional memiliki aspek budaya dan
mitologi Hindu, seperti wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang
kejadian mitologis Hindu Ramayana dan Baratayuda. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di
antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatera seperti tari Ratéb Meuseukat dan tari Seudati dari Aceh.
Seni pantun, gurindam, dan
sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun
lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.
Busana
Di bidang
busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan batik. Beberapa
daerah yang terkenal akan industri batik meliputi Yogyakarta, Surakarta, Cirebon, Pandeglang, Garut, Tasikmalaya dan juga Pekalongan. Kerajinan batik ini pun diklaim oleh
negara lain dengan industri batiknya.[58] Busana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat
dikenali dari ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain baju kurung dengan songketnya dari Sumatera Barat (Minangkabau), kain ulos dari Sumatera Utara (Batak), busana kebaya, busana khas Dayak di Kalimantan, baju bodo dari Sulawesi Selatan, busana berkoteka dari Papua dan
sebagainya.
Arsitektur
Arsitektur
Indonesia mencerminkan
keanekaragaman budaya, sejarah, dan geografi yang membentuk Indonesia seutuhnya.
Kaum penyerang, penjajah, penyebar agama, pedagang, dan saudagar membawa
perubahan budaya dengan memberi dampak pada gaya dan teknik bangunan.
Tradisionalnya, pengaruh arsitektur asing yang paling kuat adalah dari India.
Tetapi, Cina, Arab, dan sejak abad ke-19 pengaruh Eropa menjadi cukup dominan.
Ciri khas
arsitektur Indonesia kuno masih dapat dilihat melalui rumah-rumah adat dan/atau
istana-istana kerajaan dari tiap-tiap provinsi. Taman Mini
Indonesia Indah, salah satu
objek wisata di Jakarta yang menjadi miniatur Indonesia, menampilkan
keanekaragaman arsitektur Indonesia itu. Beberapa bangunan khas Indonesia
misalnya Rumah Gadang, Monumen Nasional, dan Bangunan Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan di Institut
Teknologi Bandung.
Olahraga
Olahraga yang
paling populer di Indonesia adalah bulu tangkis dan sepak bola; Liga Super
Indonesia adalah liga
klub sepak bola utama di Indonesia. Olahraga tradisional termasuk sepak takraw dan karapan sapi di Madura. Di wilayah dengan sejarah perang antar suku, kontes
pertarungan diadakan, seperti caci di Flores, dan pasola di Sumba. Pencak silat adalah seni bela diri yang unik yang berasal dari
wilayah Indonesia. Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada
acara-acara pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional
Indonesia berupa gamelan dan seni musik tradisional lainnya
sesuai dengan daerah asalnya. Olahraga di Indonesia biasanya berorientasi pada
pria dan olahraga spektator sering berhubungan dengan judi yang ilegal di
Indonesia.[59]
Di ajang
kompetisi multi cabang, prestasi atlet-atlet Indonesia tidak terlalu
mengesankan. Di Olimpiade, prestasi terbaik Indonesia diraih pada saat Olimpiade 1992, dimana Indonesia menduduki peringkat 24 dengan meraih 2
emas 2 perak dan 1 perunggu. Pada era 1960 hingga 2000, Indonesia merajai bulu
tangkis. Atlet-atlet putra Indonesia seperti Rudi Hartono, Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, Ricky Subagja, dan Rexy Mainaky merajai kejuaraan-kejuaraan dunia. Rudi Hartono yang
dianggap sebagai maestro bulu tangkis dunia, menjadi juara All England terbanyak sepanjang sejarah. Selain bulu tangkis, atlet-atlet tinju Indonesia juga mampu meraih gelar
juara dunia, seperti Elyas Pical, Nico Thomas[60], dan Chris John.[61]
Seni musik
Seni musik di
Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang dari Sabang hingga Merauke. Setiap
provinsi di Indonesia memiliki musik tradisional dengan ciri khasnya tersendiri. Musik
tradisional termasuk juga keroncong yang berasal dari keturunan Portugis di daerah Tugu, Jakarta,[62] yang dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Ada
juga musik yang merakyat di Indonesia yang dikenal dengan nama dangdut yaitu musik
beraliran Melayu modern yang dipengaruhi oleh musik India sehingga musik
dangdut ini sangat berbeda dengan musik tradisional Melayu yang sebenarnya,
seperti musik Melayu Deli, Melayu Riau, dan sebagainya.
Alat musik
tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak ragam dari
pelbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula dari alat musik tradisional
Indonesia 'dicuri' oleh negara lain[63] untuk kepentingan penambahan budaya dan seni musiknya sendiri dengan
mematenkan hak cipta seni budaya dari Indonesia.
Alat musik
tradisional Indonesia antara lain
meliputi:
v
Angklung
v
Bende
v
Calung
v
Dermenan
v
Gamelan
v
Gandang
Tabuik
v Gendang
Bali
v Gondang Batak
v Gong
Kemada
v Gong
Lambus
v Jidor
v
Kulcapi
Batak
v
Kendang
Jawa
v
Kenong
v
Rebab
v
Rebana
v
Saluang
v
Saron
v Sasando
v Serunai
v
Seurune
Kale
v
Suling
Lembang
v
Sulim
Batak
v
Suling
Sunda
v
Tanggetong
v Tifa,
dan sebagainya
Kuliner
Masakan Indonesia bervariasi bergantung pada wilayahnya.[64] Nasi adalah makanan pokok dan dihidangkan dengan lauk daging dan sayur.
Bumbu (terutama cabai), santan, ikan, dan ayam adalah bahan
yang penting.[65]
Sepanjang
sejarah, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara dua benua. Ini
menyebabkan terbawanya banyak bumbu, bahan makanan dan teknik memasak dari
bangsa Melayu sendiri, India, Timur tengah, Tionghoa, dan Eropa. Semua ini
bercampur dengan ciri khas makanan Indonesia tradisional, menghasilkan banyak
keanekaragaman yang tidak ditemukan di daerah lain. Bahkan bangsa Spanyol dan Portugis, telah
mendahului bangsa Belanda dengan membawa banyak produk dari
dunia baru ke Indonesia.
Sambal, sate, bakso, soto, dan nasi goreng merupakan beberapa contoh makanan yang biasa dimakan
masyarakat Indonesia setiap hari.[66] Selain disajikan di warung atau restoran, terdapat pula
aneka makanan khas Indonesia yang dijual oleh para pedagang keliling
menggunakan gerobak atau pikulan. Pedagang ini menyajikan bubur ayam, mie ayam, mi bakso, mi goreng, nasi goreng, aneka macam soto, siomay, sate, nasi uduk, dan lain-lain.
Rumah makan
Padang yang menyajikan nasi Padang, yaitu nasi disajikan bersama aneka
lauk-pauk Masakan Padang, mudah ditemui di berbagai kota di
Indonesia. Selain itu Warung Tegal yang menyajikan masakan Jawa khas
Tegal dengan harga yang terjangkau juga tersebar luas. Nasi rames atau nasi campur yang berisi nasi beserta lauk atau sayur pilihan dijual
di warung nasi di tempat-tempat umum, seperti stasiun kereta api, pasar, dan terminal bus. Di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan sekitarnya
dikenal nasi kucing sebagai nasi rames yang berukuran
kecil dengan harga murah, nasi kucing sering dijual di atas angkringan, sejenis
warung kaki lima. Penganan kecil semisal kue-kue banyak dijual di pasar
tradisional. Kue-kue tersebut biasanya berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu,
ubi jalar, terigu, atau sagu.
Perfilman
Film pertama
yang diproduksi pertama kalinya di nusantara adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng
Kasaroeng dan dibuat
oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp pada zaman
HindiaBelanda. Film ini dibuat dengan aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV
di Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung. Setelah itu,
lebih dari 2.200 film diproduksi. Di masa awal kemerdekaan, sineas-sineas
Indonesia belum banyak bermunculan. Di antara sineas yang ada, Usmar Ismail merupakan salah satu sutradara paling produktif, dengan
film pertamanya Harta Karun (1949). Namun kemudian film pertama
yang secara resmi diakui sebagai film pertama Indonesia sebagai negara
berkedaulatan adalah film Darah dan Doa (1950) yang disutradarai Usmar Ismail.
Dekade 1970 hingga 2000-an, Arizal muncul sebagai sutradara film paling
produktif. Tak kurang dari 52 buah film dan 8 judul sinetron dengan 1.196
episode telah dihasilkannya.
Popularitas industri film
Indonesia memuncak pada
tahun 1980-an dan mendominasi bioskop di Indonesia,[67] meskipun kepopulerannya berkurang pada awal tahun
1990-an. Antara tahun 2000 hingga 2005, jumlah film Indonesia yang dirilis
setiap tahun meningkat.[67] Film Laskar Pelangi (2008) yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata menjadi film dengan pendapatan tertinggi sepanjang
sejarah perfilman Indonesia saat ini.
Kesusastraan
Bukti tulisan
tertua di Indonesia adalah berbagai prasasti berbahasa Sanskerta pada abad ke-5 Masehi. Figur penting dalam sastra modern
Indonesia termasuk: pengarang Belanda Multatuli yang mengkritik perlakuan Belanda terhadap Indonesia selama zaman
penjajahan Belanda; Muhammad Yamin dan Hamka yang merupakan
penulis dan politikus pra-kemerdekaan;[68] dan Pramoedya
Ananta Toer, pembuat novel
Indonesia yang paling terkenal.[69] Selain novel, sastra tulis Indonesia juga berupa puisi, pantun, dan sajak.
Chairil Anwar merupakan penulis puisi Indonesia yang
paling ternama. Banyak orang Indonesia memiliki tradisi lisan yang kuat, yang membantu mendefinisikan dan memelihara
identitas budaya mereka.[70] Kebebasan pers di Indonesia meningkat setelah
berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto. Stasiun televisi termasuk
sepuluh stasiun televisi swasta nasional, dan jaringan daerah yang bersaing
dengan stasiun televisi negeri TVRI. Stasiun radio swasta menyiarkan berita mereka dan program penyiaran
asing. Dilaporkan terdapat 20 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun
2007.[71] Penggunaan internet terbatas pada minoritas populasi,
diperkirakan sekitar 8.5%.
Lingkungan hidup
Rafflesia
arnoldii bunga terbesar
di dunia, diameternya mencapai 1,3 meter.
Wilayah
Indonesia memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi
sehingga oleh beberapa pihak wilayah ekologi
Indonesia disebut
dengan istilah
"Mega biodiversity" atau "keanekaragaman
12 persen
mamalia, 16 persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan
yang ada di
dunia hidup di Indonesia, padahal luas
Indonesia hanya
1,3 % dari luas Bumi. Kekayaan makhluk hidup Indonesia menduduki peringkat
ketiga setelah Brasil dan Republik
Demokratik Kongo. [74]
Meskipun
demikian, Guinness World
Records pada 2008
pernah mencatat rekor Indonesia sebagai negara yang paling kencang laju
kerusakan hutannya di dunia.
Setiap tahun
Indonesia kehilangan hutan seluas 1,8 juta hektar.
Kerusakan yang
terjadi di daerah hulu (hutan) juga turut merusak kawasan di daerah hilir
(pesisir).[75] Menurut catatan Down The Earth,
telah memicu
terjadinya alih fungsi secara besar-besaran hutan bakau menjadi kawasan
pertambakan. Padahal hutan bakau,
selain
berfungsi melindungi pantai dari abrasi,
merupakan habitat
yang baik bagi berbagai jenis ikan.
Kehancuran hutan bakau tersebut mengakibatkan
nelayan
harus mencari
ikan dengan jarak semakin jauh
dan menambah
biaya operasional mereka dalam mencari ikan.
Selain itu,
hancurnya hutan bakau juga mengakibatkan semakin rentannya
kawasan pesisir
Indonesia terhadap terjangan air pasang laut dan banjir, terlebih di musim
hujan.[76]
0 Feed back:
Post a Comment