Potret Negeri sakura
Jepang
|
||
Nama
Internasional
|
Japan (Nippon-koku atau Nihon-koku)
|
|
Lokasi
|
Asia
Timur
|
|
Semboyan
Negara
|
||
Lagu
Kebangsaan
|
||
Hari
Kemerdekaan
|
28 April 1952
|
|
Letak
Koordinat
|
-
|
|
Ibukota
|
||
Kota
terbesar
|
||
Mata
Uang
|
Yen
|
|
Ideologi
pemerintahan
|
||
Kepala
Negara/pemerintahan
|
Kaisar/Perdana
Menteri
|
|
Bahasa
|
Bahasa
Jepang (Nihon-Go)
|
|
Agama
|
Budha,Shinto,Konghuchu,Kristen,Islam
|
|
Luas
Wilayah
|
377,944 km2
|
|
Penduduk
|
Total
|
127.333.002 Jiwa (Sensus 2004)
|
Kepadatan
|
337,4/km2
|
|
Zona
Waktu
|
||
Lajur
Kemudi
|
Kiri
|
|
Ranah
Internet
|
.jp
|
|
Kode
telepon
|
+81
|
|
Flora
Khas
|
Bunga
sakura
|
|
Fauna
Khas
|
-
|
|
Catatan:
Aksara/Huruf
Resmi Nasional: Kanji,Hiragana, Dan Katakana.
Sejarah
Pembentukan Negara:
Konstitusi Jepang
pada 3 mei 1947
Perjanjian san fransisco pada 28
April 1952
|
Bendera kebangsaan Jepang
Lambang Negara
Jepang (bahasa Jepang: 日本 Nippon/Nihon,
nama resmi: 日本国 Nipponkoku/Nihonkoku adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia.
Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau
kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang
bertetangga dengan Taiwan.
Jepang terdiri dari
6.852 pulau[9] yang membuatnya merupakan suatu kepulauan.
Pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu
(pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu. Sekitar 97% wilayah daratan Jepang berada di keempat
pulau terbesarnya. Sebagian besar pulau di Jepang bergunung-gunung, dan
sebagian di antaranya merupakan gunung berapi. Gunung tertinggi di Jepang adalah Gunung Fuji yang merupakan sebuah gunung berapi. Penduduk Jepang
berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat ke-10 negara berpenduduk terbanyak di dunia. Tokyo secara de facto
adalah ibu kota Jepang, dan berkedudukan sebagai sebuah prefektur. Tokyo Raya adalah sebutan untuk Tokyo dan beberapa kota yang berada
di prefektur sekelilingnya. Sebagai
daerah metropolitan terluas di dunia, Tokyo Raya berpenduduk lebih dari 30 juta
orang.
Menurut mitologi
tradisional, Jepang didirikan oleh Kaisar Jimmu pada abad ke-7 SM. Kaisar Jimmu memulai mata rantai monarki Jepang yang tidak terputus hingga kini. Meskipun begitu,
sepanjang sejarahnya, untuk kebanyakan masa kekuatan sebenarnya berada di
tangan anggota-anggota istana, shogun, pihak
militer, dan memasuki zaman modern, di tangan perdana menteri. Menurut Konstitusi Jepang tahun 1947, Jepang adalah negara monarki konstitusional di
bawah pimpinan Kaisar Jepang dan Parlemen Jepang.
Sebagai negara maju di bidang ekonomi,[10] Jepang memiliki produk domestik bruto
terbesar nomor dua setelah Amerika Serikat, dan masuk dalam urutan tiga besar dalam
keseimbangan kemampuan berbelanja.
Jepang adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, G8, OECD, dan APEC. Jepang memiliki
kekuatan militer yang memadai lengkap dengan sistem pertahanan moderen seperti
AEGIS serta suat armada besar kapal perusak. Dalam perdagangan luar negeri, Jepang berada di
peringkat ke-4 negara pengekspor terbesar dan
peringkat ke-6 negara pengimpor terbesar di
dunia. Sebagai negara maju, penduduk Jepang memiliki standar hidup yang tinggi (peringkat ke-8 dalam Indeks Pembangunan Manusia) dan angka harapan hidup tertinggi di dunia menurut
perkiraan PBB.[11] Dalam bidang teknologi, Jepang adalah negara maju di
bidang telekomunikasi, permesinan, dan robotika.
Etimologi
Jepang disebut Nippon
atau Nihon dalam bahasa Jepang. Kedua kata ini ditulis dengan huruf kanji yang sama, yaitu 日本 (secara harfiah:
asal-muasal matahari). Sebutan Nippon sering digunakan dalam urusan
resmi, termasuk nama negara dalam uang Jepang, prangko, dan
pertandingan olahraga internasional. Sementara itu, sebutan Nihon
digunakan dalam urusan tidak resmi seperti pembicaraan sehari-hari.
Kata Nippon dan Nihon
berarti "negara/negeri matahari terbit". Nama ini disebut dalam korespondensi Kekaisaran Jepang
dengan Dinasti Sui di Cina, dan merujuk kepada letak Jepang yang berada di
sebelah timur daratan Cina. Sebelum Jepang memiliki hubungan dengan Cina,
negara ini dikenal sebagai Yamato (大和).[12] Di
Cina pada zaman Tiga Negara, sebutan untuk Jepang
adalah negara Wa (倭).
Dalam bahasa Cina dialek Shanghai yang termasuk salah satu dialek Wu,
aksara Cina 日本 dibaca sebagai Zeppen ([zəʔpən]).
Dalam dialek Wu, aksara 日 secara tidak resmi dibaca sebagai [niʔ] sementara secara resmi dibaca sebagai [zəʔ]. Dalam beberapa dialek Wu Selatan, 日本 dibaca sebagai [niʔpən]
yang mirip dengan nama dalam bahasa Jepang.
Kata Jepang dalam
bahasa Indonesia kemungkinan berasal
dari bahasa Cina, tepatnya bahasa Cina dialek Wu
tersebut. Bahasa Melayu kuno juga menyebut negara ini sebagai Jepang
(namun ejaan bahasa Malaysia sekarang: Jepun). Kata Jepang dalam bahasa Melayu
ini kemudian dibawa ke Dunia Barat oleh pedagang Portugis, yang
mengenal sebutan ini ketika berada di Malaka pada
abad ke-16. Mereka lah yang pertama kali memperkenalkan nama bahasa Melayu
tersebut ke Eropa. Dokumen tertua dalam bahasa Inggris yang menyebut tentang
Jepang adalah sepucuk surat dari tahun 1565, yang di dalamnya bertuliskan kata Giapan.[13]
Sejarah
Prasejarah
Penelitian arkeologi
menunjukkan bahwa Jepang telah dihuni manusia purba setidaknya 600.000 tahun yang lalu, pada masa Paleolitik Bawah. Setelah beberapa zaman es yang
terjadi pada masa jutaan tahun yang lalu, Jepang beberapa kali terhubung dengan
daratan Asia melalui jembatan darat (dengan Sakhalin di
utara, dan kemungkinan Kyushu di selatan), sehingga memungkinkan perpindahan manusia,
hewan, dan tanaman ke kepulauan Jepang dari wilayah yang kini merupakan Republik Rakyat Cina dan Korea.
Zaman Paleolitik Jepang menghasilkan peralatan bebatuan yang telah dipoles yang
pertama di dunia, sekitar tahun 30.000 SM.
Dengan berakhirnya zaman
es terakhir dan datangnya periode yang lebih hangat, kebudayaan Jomon
muncul pada sekitar 11.000 SM, yang bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul semi-sedenter Mesolitik
hingga Neolitik dan pembuatan kerajinan tembikar terawal di dunia. Diperkirakan bahwa penduduk Jomon
merupakan nenek moyang suku Proto-Jepang dan suku Ainu masa
kini.
Dimulainya periode Yayoi pada
sekitar 300 SM menandai kehadiran teknologi-teknologi baru seperti
bercocok tanam padi di sawah yang berpengairan dan
teknik pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang
dibawa serta migran-migran dari Cina atau Korea.
Dalam sejarah Cina,
orang Jepang pertama kali disebut dalam naskah sejarah klasik, Buku Han yang
ditulis tahun 111. Setelah periode Yayoi disebut periode Kofun pada
sekitar tahun 250, yang bercirikan didirikannya negeri-negeri militer yang
kuat. Menurut Catatan Sejarah Tiga Negara,
negara paling berjaya di kepulauan Jepang waktu itu adalah Yamataikoku.
Zaman
Klasik
Bagian sejarah Jepang
meninggalkan dokumen tertulis dimulai pada abad ke-5 dan abad ke-6
Masehi, saat sistem tulisan Cina, agama Buddha, dan kebudayaan Cina lainnya dibawa masuk ke Jepang dari
Kerajaan Baekje di Semenanjung
Korea.
Perkembangan selanjutnya
Buddhisme di Jepang dan seni ukir rupang
sebagian besar dipengaruhi oleh Buddhisme Cina.[14]
Walaupun awalnya kedatangan agama Buddha ditentang penguasa yang menganut Shinto,
kalangan yang berkuasa akhirnya ikut memajukan agama Buddha di Jepang, dan menjadi agama yang
populer di Jepang sejak zaman Asuka.[15]
Melalui perintah Reformasi Taika pada tahun 645,
Jepang menyusun ulang sistem pemerintahannya dengan mencontoh dari Cina. Hal
ini membuka jalan bagi filsafat Konfusianisme Cina untuk menjadi dominan di Jepang hingga abad ke-19.
Periode Nara pada abad ke-8
menandai sebuah negeri Jepang dengan kekuasaan yang tersentralisasi. Ibu kota
dan istana kekaisaran berada di Heijo-kyo (kini
Nara).
Pada zaman Nara, Jepang secara terus menerus mengadopsi praktik administrasi
pemerintahan dari Cina. Salah satu pencapaian terbesar sastra Jepang pada zaman
Nara adalah selesainya buku sejarah Jepang yang disebut Kojiki (712)
dan Nihon Shoki (720).[16]
Pada tahun 784, Kaisar Kammu memindahkan ibu kota ke Nagaoka-kyō, dan berada di sana hanya selama 10 tahun. Setelah itu,
ibu kota dipindahkan kembali ke Heian-kyō (kini Kyoto). Kepindahan ibu kota ke Heian-kyō mengawali periode Heian yang merupakan masa keemasan kebudayaan klasik asli
Jepang, terutama di bidang seni, puisi dan sastra Jepang. Hikayat Genji karya Murasaki Shikibu dan lirik lagu kebangsaan Jepang Kimi ga Yo berasal dari periode Heian.[17]
Zaman
Pertengahan
Abad pertengahan di
Jepang merupakan zaman feodalisme yang ditandai oleh perebutan kekuasaan antarkelompok
penguasa yang terdiri dari ksatria yang disebut samurai. Pada
tahun 1185, setelah menghancurkan klan Taira yang merupakan klan saingan klan Minamoto, Minamoto no Yoritomo diangkat sebagai shogun, dan
menjadikannya pemimpin militer yang berbagi kekuasaan dengan Kaisar.
Pemerintahan militer yang didirikan Minamoto no Yoritomo disebut Keshogunan Kamakura karena pusat
pemerintahan berada di Kamakura (di sebelah selatan Yokohama masa
kini). Setelah wafatnya Yoritomo, klan Hōjō membantu keshogunan sebagai shikken,
yakni semacam adipati bagi para shogun. Keshogunan Kamakura berhasil menahan
serangan Mongol dari wilayah Cina kekuasaan Mongol pada tahun 1274 dan
1281. Meskipun secara politik terbilang stabil, Keshogunan Kamakura akhirnya digulingkan oleh Kaisar Go-Daigo yang memulihkan kekuasaan di tangan kaisar. Kaisar Go-Daigo
akhirnya digulingkan Ashikaga Takauji pada 1336.[18]
Keshogunan Ashikaga gagal membendung kekuatan penguasa militer dan tuan tanah
feodal (daimyo) dan pecah perang saudara pada tahun 1467 (Perang Ōnin) yang mengawali masa satu abad yang diwarnai peperangan
antarfaksi yang disebut masa negeri-negeri saling berperang atau periode Sengoku.[19]
Pada abad ke-16, para pedagang dan misionaris Serikat Yesuit dari Portugal tiba untuk pertama kalinya di Jepang, dan
mengawali pertukaran perniagaan dan kebudayaan yang aktif antara Jepang dan Dunia Barat (Perdagangan dengan Nanban).
Orang Jepang menyebut orang asing dari Dunia Barat sebagai namban yang
berarti orang barbar dari selatan.
Oda Nobunaga menaklukkan daimyo-daimyo pesaingnya dengan memakai
teknologi Eropa dan senjata api. Nobunaga hampir berhasil menyatukan Jepang sebelum
tewas terbunuh dalam Peristiwa Honnōji 1582. Toyotomi Hideyoshi menggantikan Nobunaga,
dan mencatatkan dirinya sebagai pemersatu Jepang pada tahun 1590. Hideyoshi
berusaha menguasai Korea, dan dua kali melakukan invasi ke Korea, namun gagal setelah
kalah dalam pertempuran melawan pasukan Korea yang
dibantu kekuatan Dinasti Ming. Setelah Hideyoshi wafat, pasukan Hideyoshi ditarik dari
Semenanjung Korea pada tahun 1598.[20]
Sepeninggal Hideyoshi,
putra Hideyoshi yang bernama Toyotomi
Hideyori mewarisi kekuasaan sang ayah. Tokugawa Ieyasu memanfaatkan posisinya sebagai adipati bagi Hideyori
untuk mengumpulkan dukungan politik dan militer dari daimyo-daimyo lain.
Setelah mengalahkan klan-klan pendukung Hideyori dalam Pertempuran Sekigahara tahun
1600, Ieyasu diangkat sebagai shogun pada tahun 1603. Pemerintahan militer yang
didirikan Ieyasu di Edo (kini Tokyo) disebut Keshogunan Tokugawa. Keshogunan Tokugawa
curiga terhadap kegiatan misionaris Katolik, dan
melarang segala hubungan dengan orang-orang Eropa. Hubungan perdagangan
dibatasi hanya dengan pedagang Belanda di
Pulau Dejima, Nagasaki. Pemerintah Tokugawa juga menjalankan berbagai kebijakan
seperti undang-undang buke shohatto untuk mengendalikan daimyo di daerah. Pada tahun 1639,
Keshogunan Tokugawa mulai menjalankan kebijakan sakoku
("negara tertutup") yang berlangsung selama dua setengah abad yang
disebut periode Edo. Walaupun menjalani periode isolasi, orang Jepang terus
mempelajari ilmu-ilmu dari Dunia Barat. Di Jepang, ilmu dari buku-buku Barat
disebut rangaku (ilmu belanda) karena berasal dari kontak orang Jepang
dengan enklave orang Belanda di Dejima, Nagasaki. Pada periode Edo, orang
Jepang juga memulai studi tentang Jepang, dan menamakan "studi
nasional" tentang Jepang sebagai kokugaku.[21]
Zaman
Modern
Pada 31 Maret 1854,
kedatangan Komodor Matthew Perry dan "Kapal Hitam" Angkatan Laut Amerika Serikat
memaksa Jepang untuk membuka diri terhadap Dunia Barat melalui Persetujuan Kanagawa. Persetujuan-persetujuan
selanjutnya dengan negara-negara Barat pada masa Bakumatsu
membawa Jepang ke dalam krisis ekonomi dan politik. Kalangan samurai menganggap
Keshogunan Tokugawa sudah melemah, dan mengadakan pemberontakan hingga pecah Perang Boshin tahun 1867-1868. Setelah Keshogunan Tokugawa ditumbangkan, kekuasaan
dikembalikan ke tangan kaisar (Restorasi Meiji) dan sistem domain dihapus.
Semasa Restorasi Meiji, Jepang mengadopsi sistem politik, hukum, dan militer
dari Dunia Barat. Kabinet Jepang mengatur Dewan Penasihat Kaisar,
menyusun Konstitusi Meiji, dan membentuk Parlemen
Kekaisaran. Restorasi Meiji mengubah Kekaisaran
Jepang menjadi negara industri modern dan sekaligus kekuatan
militer dunia yang menimbulkan konflik militer ketika berusaha memperluas
pengaruh teritorial di Asia. Setelah mengalahkan Cina dalam
Perang Sino-Jepang dan Rusia dalam
Perang Rusia-Jepang, Jepang menguasai Taiwan,
separuh dari Sakhalin, dan Korea.[22]
Pada awal abad ke-20, Jepang mengalami "demokrasi Taisho" yang dibayang-bayangi bangkitnya ekspansionisme dan militerisme Jepang. Semasa Perang Dunia I, Jepang berada di pihak Sekutu yang menang, sehingga Jepang dapat
memperluas pengaruh dan wilayah kekuasaan. Jepang terus menjalankan politik
ekspansionis dengan menduduki Manchuria pada
tahun 1931. Dua tahun kemudian, Jepang keluar dari Liga Bangsa-Bangsa setelah mendapat kecaman
internasional atas pendudukan Manchuria. Pada tahun 1936,
Jepang menandatangani Pakta Anti-Komintern dengan Jerman Nazi, dan bergabung bergabung bersama Jerman dan Italia
membentuk Blok Poros pada tahun 1941[23]
Pada tahun 1937, invasi
Jepang ke Manchuria memicu terjadinya Perang Sino-Jepang Kedua
(1937-1945) yang membuat Jepang dikenakan embargo minyak oleh Amerika Serikat[24] Pada
7 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, dan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda.
Serangan Pearl Harbor menyeret AS ke dalam Perang Dunia II. Setelah kampanye militer yang panjang di Samudra Pasifik, Jepang kehilangan wilayah-wilayah yang dimilikinya pada
awal perang. Amerika Serikat melakukan pengeboman strategis terhadap Tokyo, Osaka dan
kota-kota besar lainnya. Setelah AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki,
Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945 (Hari Kemenangan atas Jepang).[25]
Perang membawa
penderitaan bagi rakyat Jepang dan rakyat di wilayah jajahan Jepang.
Berjuta-juta orang tewas di negara-negara Asia yang diduduki Jepang di bawah
slogan Kemakmuran Bersama Asia.
Hampir semua industri dan infrastruktur di Jepang hancur akibat perang. Pihak
Sekutu melakukan repatriasi besar-besaran etnik Jepang dari negara-negara Asia yang pernah diduduki Jepang.[26] Pengadilan Militer Internasional
untuk Timur Jauh yang diselenggarakan pihak Sekutu
mulai 3 Mei 1946 berakhir dengan dijatuhkannya hukuman bagi sejumlah pemimpin
Jepang yang terbukti bersalah melakukan kejahatan perang.
Pada tahun 1947, Jepang
memberlakukan Konstitusi Jepang yang baru. Berdasarkan
konstitusi baru, Jepang ditetapkan sebagai negara yang menganut paham pasifisme dan
mengutamakan praktik demokrasi
liberal. Pendudukan AS terhadap Jepang secara resmi berakhir
pada tahun 1952 dengan ditandatanganinya Perjanjian San Francisco.[27]
Walaupun demikian, pasukan AS tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan penting
di Jepang, khususnya di Okinawa. Perserikatan Bangsa-Bangsa
secara secara resmi menerima Jepang sebagai anggota pada tahun 1956.
Seusai Perang Dunia II,
Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang
pesat, dan menempatkan Jepang sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor dua di
dunia, dengan rata-rata pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 10% per tahun
selama empat dekade. Pesatnya pertumbuhan ekonomi Jepang berakhir pada awal
tahun 1990-an setelah jatuhnya ekonomi gelembung.[28]
Politik
Parlemen
Jepang menganut sistem
negara monarki konstitusional yang
sangat membatasi kekuasaan Kaisar Jepang. Sebagai kepala negara seremonial, kedudukan Kaisar
Jepang diatur dalam konstitusi sebagai "simbol negara dan pemersatu rakyat".
Kekuasaan pemerintah berada di tangan Perdana Menteri Jepang dan
anggota terpilih Parlemen Jepang, sementara kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat Jepang.[29] Kaisar Jepang bertindak sebagai kepala negara dalam urusan diplomatik.
Parlemen Jepang adalah parlemen dua
kamar yang dibentuk mengikuti sistem Inggris. Parlemen Jepang terdiri dari Majelis Rendah dan Majelis Tinggi. Majelis Rendah Jepang
terdiri dari 480 anggota dewan. Anggota majelis rendah dipilih secara langsung
oleh rakyat setiap 4 tahun sekali atau setelah majelis rendah dibubarkan. Majelis
Tinggi Jepang terdiri dari 242 anggota dewan yang memiliki masa jabatan 6
tahun, dan dipilih langsung oleh rakyat. Warganegara Jepang berusia 20 tahun ke
atas memiliki hak untuk memilih.[10]
Kabinet Jepang
beranggotakan Perdana Menteri dan para menteri.
Perdana Menteri adalah salah seorang anggota parlemen dari partai mayoritas di
Majelis Rendah. Partai Demokrat Liberal (LDP)
berkuasa di Jepang sejak 1955, kecuali pada tahun 1993. Pada tahun itu
terbentuk pemerintahan koalisi yang hanya berumur
singkat dengan partai oposisi. Partai oposisi terbesar di Jepang adalah Partai Demokratik Jepang.[30]
Perdana Menteri Jepang
adalah kepala pemerintahan. Perdana Menteri
diangkat melalui pemilihan di antara anggota Parlemen.[31] Bila Majelis Rendah dan Majelis Tinggi masing-masing
memiliki calon perdana menteri, maka calon dari Majelis Rendah yang diutamakan.
Pada praktiknya, perdana menteri berasal dari partai mayoritas di parlemen.
Menteri-menteri kabinet diangkat oleh Perdana Menteri. Kaisar Jepang mengangkat
Perdana Menteri berdasarkan keputusan Parlemen Jepang[32], dan
memberi persetujuan atas pengangkatan menteri-menteri kabinet.[33]
Perdana Menteri memerlukan dukungan dan kepercayaan dari anggota Majelis Rendah
untuk bertahan sebagai Perdana Menteri.
Keluarga
kekaisaran
Kaisar Akihito
adalah Kaisar Jepang yang sekarang. Kaisar Akihito naik takhta sebagai kaisar
ke-125 setelah ayahandanya, Kaisar Hirohito
mangkat pada 7 Januari 1989. Upacara kenaikan tahta Kaisar Akihito dilangsungkan
pada 12 November 1990.[34] Putra
Mahkota Naruhito, menikah dengan Putri Mahkota Masako yang berasal dari kalangan rakyat biasa, dan dikaruniai
anak perempuan bernama Aiko (Putri Toshi). Adik dari Putra Mahkota Naruhito bernama Pangeran Akishino, menikah dengan Kiko Kawashima yang juga berasal dari rakyat biasa. Pangeran Akishino
memiliki dua anak perempuan (Putri Mako dan Putri Kako), serta anak laki-laki
bernama Pangeran Hisahito.
Geografi
Jepang memiliki lebih
dari 3.000 pulau yang terletak di pesisir Lautan Pasifik di timur benua Asia.
Istilah Kepulauan Jepang merujuk kepada empat
pulau besar, dari utara ke selatan, Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu,
serta Kepulauan Ryukyu yang berada di selatan
Kyushu. Sekitar 70% hingga 80% dari wilayah Jepang terdiri dari pegunungan yang berhutan-hutan,[35][36] dan
cocok untuk pertanian, industri, serta permukiman. Daerah yang curam berbahaya
untuk dihuni karena risiko tanah longsor akibat gempa bumi, kondisi tanah yang
lunak, dan hujan lebat. Oleh karena itu, permukiman penduduk terpusat di
kawasan pesisir. Jepang termasuk salah satu negara berpenduduk terpadat di dunia.[37]
Gempa bumi berkekuatan
rendah dan sesekali letusan gunung berapi sering dialami Jepang karena letaknya
di atas Lingkaran Api Pasifik di pertemuan tiga lempeng tektonik. Gempa bumi yang merusak sering menyebabkan tsunami.
Setiap abadnya, di Jepang terjadi beberapa kali tsunami.[38] Gempa
bumi besar yang terjadi akhir-akhir ini di Jepang adalah Gempa bumi Chūetsu 2004 dan Gempa bumi besar Hanshin tahun
1995. Keadaan geografi menyebabkan Jepang memiliki banyak sumber mata air panas, dan sebagian besar di antaranya telah dibangun sebagai
daerah tujuan wisata.[39]
Jepang berada di kawasan
beriklim sedang dengan pembagian empat musim yang jelas. Walaupun demikian,
terdapat perbedaan iklim yang mencolok antara wilayah bagian utara dan wilayah
bagian selatan.[40] Pada musim dingin, Jepang bagian utara seperti Hokkaido mengalami musim
salju, namun sebaliknya wilayah Jepang bagian selatan beriklim subtropis. Iklim
juga dipengaruhi tiupan angin musim yang bertiup dari benua Asia ke Lautan Pasifik pada musim dingin, dan sebaliknya pada musim panas.
Iklim Jepang terbagi
atas enam zona iklim:
- Hokkaido: Kawasan paling utara beriklim sedang dengan musim dingin yang panjang dan membekukan, serta musim panas yang sejuk. Presipitasi tidak besar, namun salju banyak turun ketika musim dingin.
- Laut Jepang: Di pantai barat Pulau Honshu, tiupan angin dari barat laut membawa salju yang sangat lebat. Pada musim panas, kawasan ini lebih sejuk dibandingkan kawasan Pasifik. Walaupun demikian, suhu di kawasan ini kadangkala dapat menjadi sangat tinggi akibat fenomena angin fohn.
- Dataran Tinggi Tengah: Wilayah ini beriklim pedalaman dengan perbedaan suhu rata-rata musim panas-musim dingin yang sangat mencolok. Perbedaan suhu antara malam hari dan siang hari juga sangat mencolok.
- Laut Pedalaman Seto: Barisan pegunungan di wilayah Chugoku dan Shikoku menghalangi jalur tiupan angin musim, sehingga kawasan ini sepanjang tahun beriklim sedang.
- Samudra Pasifik: Kawasan pesisir bagian timur Jepang mengalami musim dingin yang sangat dingin, namun tidak banyak turun salju. Sebaliknya, musim panas menjadi begitu lembap akibat tiupan angin musim dari tenggara.
- Kepulauan Ryukyu: Kepulauan di barat daya Jepang termasuk Kepulauan Ryukyu beriklim subtropis, hangat sewaktu musim dingin dan suhu yang tinggi sepanjang musim panas. Presipitasi sangat tinggi, terutama selama musim hujan. Taifun sangat sering terjadi.
Suhu tertinggi yang
pernah tercatat di Jepang adalah 40,9 °C (105,6 °F) pada 16 Agustus
2007.
Musim hujan dimulai lebih awal di
Okinawa, yakni sejak awal Mei. Garis depan musim hujan bergerak ke utara, namun
berakhir di Jepang utara sebelum mencapai Hokkaido. Di sebagian besar wilayah
Honshu, awal musim hujan dimulai pertengahan Juni dan berlangsung selama enam
minggu. Taifun sering terjadi sepanjang September dan Oktober. Penyebabnya
adalah tekanan tropis di garis khatulistiwa yang bergerak dari barat daya ke
timur laut, dan sering membawa hujan yang sangat lebat.[40]
Hubungan
luar negeri dan militer
Jepang memiliki hubungan
ekonomi dan militer yang erat dengan Amerika Serikat, dan menjalankan kebijakan luar negeri berdasarkan pakta keamanan
Jepang-AS.[42] Sejak
diterima menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
tahun 1956, Jepang telah sepuluh kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, termasuk tahun
2009-2010.[43] Jepang adalah salah satu negara G4 yang sedang mengusulkan
perluasan anggota tetap Dewan Keamanan PBB.[44]
Sebagai negara anggota G8, APEC, ASEAN Plus 3, dan peserta Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur, Jepang aktif dalam hubungan internasional dan
mempererat persahabatan Jepang dengan negara-negara lain di seluruh dunia.
Pakta pertahanan dengan Australia ditandatangani pada Maret 2007,[45] dan
dengan India pada Oktober 2008.[46] Pada
tahun 2007, Jepang adalah negara donor Bantuan Pembangunan Resmi (ODA)
terbesar kelima di dunia.[47]
Negara penerima bantuan ODA terbesar dari Jepang adalah Indonesia, dengan total
bantuan lebih dari AS$29,5 miliar dari tahun 1960 hingga 2006.[48]
Jepang bersengketa
dengan Rusia mengenai Kepulauan Kuril[49] dan
dengan Korea Selatan mengenai Batu Liancourt[50]. Kepulauan
Senkaku yang di bawah pemerintahan Jepang dipermasalahkan oleh Republik Rakyat Cina dan Taiwan.[51]
Pasal 9 Konstitusi Jepang
berisi penolakan terhadap perang dan penggunaan kekuatan bersenjata untuk
menyelesaikan persengketaan internasional. Pasal 9 Ayat 2 berisi pelarangan
kepemilikan angkatan bersenjata dan penolakan atas hak keterlibatan dalam
perang.[52][53]
Jepang memiliki Pasukan Bela Diri yang berada di bawah Kementerian Pertahanan, dan
terdiri dari Angkatan Darat Bela Diri Jepang
(JGSDF), Angkatan Laut Bela Diri Jepang
(JMSDF), dan Angkatan Udara Bela Diri Jepang
(JASDF). Pada tahun 1991, kapal penyapu ranjau Angkatan Laut Bela Diri
Jepang ikut membersihkan ranjau laut di Teluk Persia (lepas pantai Kuwait)
bersama kapal penyapu ranjau dari delapan negara.[54][55] Atas
permintaan Pemerintahan Transisi PBB di Kamboja (1992-1993), Jepang mengirimkan pengamat gencatan
senjata, pemantau pemilihan umum, polisi sipil, dan dukungan logistik seperti
perbaikan jalan dan jembatan.[56] Di Irak,
pasukan nontempur Jepang membantu misi kemanusiaan dan kegiatan rekonstruksi
infrastruktur mulai Desember 2003 hingga Februari 2009.[57][58][59]
Prefektur
dan daerah
Peta prefektur di Jepang berikut kode ISO
3166-2:JP
Jepang terdiri dari 47 prefektur (Sejenis propinsi) yang masing-masing diperintah oleh gubernur bersama dewan
legislatif daerah. Dari utara ke selatan, prefektur-prefektur ini adalah:
- Hokkaido
- Aomori
- Iwate
- Miyagi
- Akita
- Yamagata
- Fukushima
- Ibaraki
- Tochigi
- Gunma
- Saitama
- Chiba
- Tokyo
- Kanagawa
- Niigata
- Toyama
- Ishikawa
- Fukui
- Yamanashi
- Nagano
- Gifu
- Shizuoka
- Aichi
- Mie
- Shiga
- Kyoto
- Osaka
- Hyogo
- Nara
- Wakayama
- Tottori
- Shimane
- Okayama
- Hiroshima
- Yamaguchi
- Tokushima
- Kagawa
- Ehime
- Kochi
- Fukuoka
- Saga
- Nagasaki
- Kumamoto
- Oita
- Miyazaki
- Kagoshima
- Okinawa
Dalam pembagian wilayah
menurut letak geografis, Jepang dibagi menjadi 10 wilayah, yakni: Hokkaido, Tohoku, Hokuriku, Kanto, Chubu, Kansai (Kinki), Chugoku, Shikoku, Kyushu, dan Kepulauan Ryukyu.
Ekonomi
Sejak periode Meiji (1868-1912), Jepang mulai menganut ekonomi pasar bebas dan mengadopsi kapitalisme model Inggris dan Amerika Serikat. Sistem pendidikan
Barat diterapkan di Jepang, dan ribuan orang Jepang dikirim ke Amerika Serikat
dan Eropa untuk belajar. Lebih dari 3.000 orang Eropa dan Amerika didatangkan
sebagai tenaga pengajar di Jepang.[60] Pada awal periode Meiji, pemerintah membangun jalan
kereta api, jalan raya, dan memulai reformasi kepemilikan tanah. Pemerintah
membangun pabrik dan galangan kapal untuk dijual kepada swasta dengan harga
murah. Sebagian dari perusahaan yang didirikan pada periode Meiji berkembang
menjadi zaibatsu, dan beberapa di antaranya masih beroperasi hingga kini.[60]
Pertumbuhan ekonomi riil
dari tahun 1960-an hingga 1980-an sering disebut "keajaiban ekonomi Jepang", yakni rata-rata 10% pada tahun 1960-an, 5% pada tahun
1970-an, dan 4% pada tahun 1980-an.[60] Dekade 1980-an merupakan masa keemasan ekspor otomotif
dan barang elektronik ke Eropa dan Amerika Serikat sehingga terjadi surplus
neraca perdagangan yang mengakibatkan konflik perdagangan. Setelah
ditandatanganinya Perjanjian Plaza 1985, dolar AS
mengalami depresiasi terhadap yen. Pada Februari 1987, tingkat diskonto resmi
diturunkan hingga 2,5% agar produk manufaktur Jepang bisa kembali kompetitif
setelah terjadi kemerosotan volume ekspor akibat menguatnya yen. Akibatnya,
terjadi surplus likuiditas dan penciptaan uang dalam jumlah besar. Spekulasi menyebabkan harga saham dan realestat terus
meningkat, dan berakibat pada penggelembungan harga aset. Harga
tanah terutama menjadi sangat tinggi akibat adanya "mitos tanah"
bahwa harga tanah tidak akan jatuh.[28] Ekonomi gelembung Jepang jatuh pada awal tahun 1990-an
akibat kebijakan uang ketat yang dikeluarkan Bank of Japan pada 1989, dan kenaikan tingkat diskonto resmi menjadi
6%.[28] Pada 1990, pemerintah mengeluarkan sistem baru pajak
penguasaan tanah dan bank diminta untuk membatasi pendanaan aset properti. Indeks rata-rata Nikkei dan
harga tanah jatuh pada Desember 1989 dan musim gugur 1990.[28] Pertumbuhan ekonomi mengalami stagnasi pada 1990-an,
dengan angka rata-rata pertumbuhan ekonomi riil hanya 1,7% sebagai akibat
penanaman modal yang tidak efisien dan penggelembungan harga aset pada 1980-an.
Institusi keuangan menanggung kredit
bermasalah karena telah mengeluarkan pinjaman uang dengan jaminan
tanah atau saham. Usaha pemerintah mengembalikan pertumbuhan ekonomi hanya
sedikit yang berhasil dan selanjutnya terhambat oleh kelesuan ekonomi
global pada tahun 2000.[61]
Jepang adalah
perekonomian terbesar nomor dua di
dunia setelah Amerika Serikat, Jepang bersama Jerman dan Korea Selatan adalah 3 negara yang pernah mencatatkan diri sebagai
negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat sepanjang sejarah dunia,[62]
dengan PDB nominal sekitar AS$4,5 triliun.[62], dan perekonomian
terbesar ke-3 di dunia setelah AS dan Republik Rakyat Cina dalam keseimbangan kemampuan berbelanja.[63]
Industri utama Jepang adalah sektor perbankan, asuransi, realestat, bisnis eceran, transportasi, telekomunikasi, dan konstruksi.[64]
Jepang memiliki industri berteknologi tinggi di bidang otomotif, elektronik, mesin perkakas, baja dan logam non-besi, perkapalan, industri kimia, tekstil, dan pengolahan makanan.[61] Sebesar tiga perempat dari produk domestik bruto Jepang
berasal dari sektor jasa.
Hingga tahun 2001,
jumlah angkatan kerja Jepang mencapai 67 juta orang.[65] Tingkat pengangguran di Jepang sekitar 4%. Pada tahun 2007, Jepang menempati
urutan ke-19 dalam produktivitas
tenaga kerja.[66]
Menurut indeks Big Mac, tenaga kerja di Jepang mendapat upah per jam terbesar
di dunia. Toyota Motor, Mitsubishi UFJ Financial, Nintendo, NTT DoCoMo, Nippon Telegraph & Telephone, Canon, Matsushita Electric Industrial, Honda, Mitsubishi Corporation, dan Sumitomo Mitsui Financial
adalah 10 besar perusahaan Jepang pada tahun 2008.[67]
Sejumlah 326 perusahaan Jepang masuk ke dalam daftar Forbes Global 2000 atau 16,3% dari 2000
perusahaan publik terbesar di dunia (data tahun 2006).[68] Bursa Saham
Tokyo memiliki total kapitalisasi pasar terbesar nomor dua di
dunia. Indeks dari 225 saham perusahaan besar yang diperdagangkan di Bursa
Saham Tokyo disebut Nikkei 225.[69]
Dalam Indeks Kemudahan Berbisnis,
Jepang menempati peringkat ke-12, dan termasuk salah satu negara maju dengan birokrasi paling
sederhana. Kapitalisme model Jepang memiliki sejumlah ciri khas. Keiretsu adalah grup usaha yang beranggotakan perusahaan yang
saling memiliki kerja sama bisnis dan kepemilikan saham. Negosiasi upah (shuntō)
berikut perbaikan kondisi kerja antara manajemen dan serikat buruh dilakukan
setiap awal musim semi. Budaya bisnis Jepang mengenal konsep-konsep lokal,
seperti Sistem Nenkō, nemawashi, salaryman, dan office lady. Perusahaan di Jepang mengenal kenaikan pangkat
berdasarkan senioritas dan jaminan pekerjaan seumur hidup.[70][71]
Kejatuhan ekonomi gelembung yang diikuti kebangkrutan besar-besaran dan
pemutusan hubungan kerja menyebabkan jaminan pekerjaan seumur hidup mulai
ditinggalkan.[72][73]
Perusahaan Jepang dikenal dengan metode manajemen seperti The Toyota Way. Aktivisme pemegang saham
sangat jarang.[74] Dalam Indeks Kebebasan Ekonomi,
Jepang menempati urutan ke-5 negara paling laissez-faire di antara 41 negara Asia Pasifik.[75]
Total ekspor Jepang pada
tahun 2005 adalah 4.210 dolar AS
per kapita. Pasar ekspor terbesar Jepang tahun 2006 adalah Amerika Serikat 22,8%, Uni Eropa
14,5%, Cina 14,3%, Korea Selatan 7,8%, Taiwan 6,8%, dan Hong Kong 5,6%.
Produk ekspor unggulan Jepang adalah alat transportasi, kendaraan bermotor, elektronik,
mesin-mesin listrik, dan bahan kimia.[61] Negara sumber impor terbesar bagi Jepang pada tahun 2006
adalah Cina 20,5%, AS 12,0%, Uni Eropa
10,3%, Arab Saudi 6,4%, Uni Emirat Arab 5,5%, Australia 4,8%,
Korea Selatan 4,7%, dan Indonesia 4,2%.
Impor utama Jepang adalah mesin-mesin dan perkakas, minyak bumi, bahan makanan, tekstil, dan
bahan mentah untuk industri.[61]
Jepang adalah negara
pengimpor hasil laut terbesar di dunia (senilai AS$ 14 miliar).[76]
Jepang berada di peringkat ke-6 setelah RRC, Peru, Amerika Serikat, Indonesia, dan Chili, dengan total tangkapan ikan yang terus menurun sejak
1996.[77][78]
Pertanian adalah sektor
industri andalan hingga beberapa tahun seusai Perang Dunia II. Menurut sensus tahun 1950, sekitar 50% angkatan kerja
berada di bidang pertanian. Sepanjang "masa keajaiban ekonomi
Jepang", angkatan kerja di bidang pertanian terus menyusut hingga sekitar
4,1% pada tahun 2008.[79] Pada
Februari 2007 terdapat 1.813.000 keluarga petani komersial, namun di antaranya
hanya kurang dari 21,2% atau 387.000 keluarga petani pengusaha.[80] Sebagian besar angkatan kerja pertanian sudah berusia
lanjut, sementara angkatan kerja usia muda hanya sedikit yang bekerja di bidang
pertanian.[81][82]
Diperkirakan oleh
pengamat ekonomi bahwa, Jepang bersama Korea Selatan, India dan RRC akan benar-benar mendominasi dunia ditahun 2030 dan
mematahkan dominasi barat atas perekonomian dunia.
Demografi
Pemandangan perempatan Shibuya
pada malam hari. Perempatan Shibuya dikenal sangat ramai dengan penyeberang
jalan.
Populasi Jepang
diperkirakan sekitar 127,614 juta orang (perkiraan 1 Februari 2009).[83] Masyarakat Jepang homogen dalam etnis, budaya dan bahasa,
dengan sedikit populasi pekerja asing. Di antara sedikit penduduk minoritas di
Jepang terdapat orang Korea Zainichi,[84] Cina Zainichi, orang Filipina, orang Brazil-Jepang[85], dan orang Peru-Jepang.[86] Pada
2003, ada sekitar 136.000 orang Barat yang menjadi ekspatriat di Jepang.[87]
Kewarganegaraan Jepang
diberikan kepada bayi yang dilahirkan dari ayah atau ibu berkewarganegaraan
Jepang, ayah berkewarganegaraan Jepang yang wafat sebelum bayi lahir, atau bayi
yang lahir di Jepang dengan ayah/ibu tidak diketahui/tidak memiliki kewarganegaraan.[88] Suku bangsa yang paling dominan adalah penduduk asli yang disebut suku Yamato dan kelompok minoritas utama yang terdiri dari
penduduk asli suku Ainu[89] dan Ryukyu, ditambah kelompok
minoritas secara sosial yang disebut burakumin.[90]
Pada tahun 2006, tingkat
harapan hidup di Jepang adalah 81,25 tahun, dan merupakan salah satu
tingkat harapan hidup tertinggi di dunia.[91] Namun
populasi Jepang dengan cepat menua sebagai dampak dari ledakan kelahiran pascaperang
diikuti dengan penurunan tingkat kelahiran. Pada tahun 2004, sekitar 19,5% dari
populasi Jepang sudah berusia di atas 65 tahun.[92]
Perubahan dalam struktur
demografi menyebabkan sejumlah masalah sosial, terutama kecenderungan
menurunnya populasi angkatan kerja dan meningkatnya biaya jaminan sosial
seperti uang pensiun. Masalah lain termasuk meningkatkan generasi muda yang
memilih untuk tidak menikah atau memiliki keluarga ketika dewasa.[93] Populasi Jepang dikhawatirkan akan merosot menjadi 100
juta pada tahun 2050 dan makin menurun hingga 64 juta pada tahun 2100.[92] Pakar demografi dan pejabat pemerintah kini dalam
perdebatan hangat mengenai cara menangani masalah penurunan jumlah penduduk.[93] Imigrasi dan
insentif uang untuk kelahiran bayi sering disarankan sebagai pemecahan masalah
penduduk Jepang yang semakin menua.[94][95]
Perkiraan tertinggi
jumlah penganut agama Buddha sekaligus Shinto
adalah 84-96% yang menunjukkan besarnya jumlah penganut sinkretisme dari kedua
agama tersebut.[10][96]
Walaupun demikian, perkiraan tersebut hanya didasarkan pada jumlah orang yang
diperkirakan ada hubungan dengan kuil, dan bukan jumlah penduduk yang
sungguh-sungguh menganut kedua agama tersebut.[97] Professor Robert Kisala (dari Universitas Nanzan) memperkirakan hanya
30% dari penduduk Jepang yang mengaku menganut suatu agama.[97]
Taoisme dan Konfusianisme dari Cina juga memengaruhi kepercayaan dan tradisi
Jepang. Agama di Jepang cenderung bersifat sinkretisme dengan hasil berupa berbagai macam tradisi, seperti
orang tua membawa anak-anak ke upacara Shinto,
pelajar berdoa di kuil Shinto meminta lulus ujian, pernikahan ala Barat di kapel atau gereja Kristen,
sementara pemakaman diurus oleh kuil Buddha. Penduduk beragama Kristen hanya
minoritas sejumlah (2.595.397 juta atau 2,04%).[98]
Kebanyakan orang Jepang mengambil sikap tidak peduli terhadap agama dan
melihat agama sebagai budaya dan tradisi. Bila
ditanya mengenai agama, mereka akan mengatakan bahwa mereka beragama Buddha hanya karena nenek moyang mereka menganut salah satu sekte agama
Buddha. Selain itu, di Jepang sejak pertengahan abad ke-19 bermunculan berbagai
sekte agama baru (Shinshūkyō) seperti Tenrikyo dan Aum Shinrikyo (atau Aleph).
Lebih dari 99% penduduk
Jepang berbicara bahasa Jepang sebagai bahasa ibu.[83] Bahasa Jepang adalah bahasa aglutinatif dengan tuturan hormat (kata honorifik) yang mencerminkan hirarki dalam
masyarakat Jepang. Pemilihan kata kerja dan kosa kata menunjukkan status
pembicara dan pendengar. Menurut kamus bahasa Jepang Shinsen-kokugojiten, kosa kata dari Cina
berjumlah sekitar 49,1% dari kosa kata keseluruhan, kata-kata asli Jepang hanya
33,8% dan kata serapan sekitar 8,8%.[99] Bahasa Jepang ditulis memakai aksara kanji, hiragana, dan katakana,
ditambah huruf Latin dan penulisan angka Arab. Bahasa Ryukyu yang juga termasuk salah satu keluarga bahasa Japonik dipakai orang Okinawa, tapi hanya sedikit dipelajari anak-anak.[100] Bahasa Ainu adalah bahasa mati dengan hanya sedikit penutur asli yang sudah berusia lanjut di Hokkaido.[101] Murid
sekolah negeri dan swasta di Jepang hanya diharuskan belajar bahasa Jepang dan
bahasa Inggris.[102]
Pendidikan
Universitas Tokyo
Pendidikan dasar dan
menengah, serta pendidikan tinggi diperkenalkan di Jepang pada 1872 sebagai
hasil Restorasi Meiji.[103] Sejak
1947, program wajib belajar di Jepang mewajibkan setiap warga negara untuk
untuk bersekolah selama 9 tahun di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (dari
usia 6 hingga 15 tahun). Di kalangan penduduk berusia 15 tahun ke atas, tingkat
melek huruf sebesar 99%, laki-laki: 99%; perempuan: 99% (2002).[104]
Hampir semua murid
meneruskan ke Sekolah Menengah Atas, dan menurut MEXT sekitar 75,9% lulusan sekolah menengah atas pada tahun
2005 melanjutkan ke universitas, akademi, sekolah keterampilan, atau lembaga pendidikan tinggi
lainnya.[105] Pendidikan di Jepang sangat kompetitif,[106]
khususnya dalam ujian masuk perguruan tinggi. Dua peringkat teratas universitas
di Jepang ditempati oleh Universitas
Tokyo dan Universitas Keio.[107] Dalam
peringkat yang disusun Program Penilaian Pelajar Internasional dari OECD,
pengetahuan dan keterampilan anak Jepang berusia 15 tahun berada di peringkat
nomor enam terbaik di dunia.[108]
Budaya
Budaya Jepang mencakup
interaksi antara budaya asli Jomon yang kokoh dengan pengaruh dari luar negeri yang
menyusul. Mula-mula Cina dan Korea banyak membawa pengaruh, bermula dengan perkembangan budaya
Yayoi
sekitar 300 SM. Gabungan tradisi budaya Yunani dan India,
memengaruhi seni dan keagamaan Jepang sejak abad ke-6
Masehi, dilengkapi dengan pengenalan agama Buddha sekte Mahayana.
Sejak abad ke-16, pengaruh Eropa menonjol, disusul dengan pengaruh Amerika Serikat yang mendominasi Jepang setelah berakhirnya Perang Dunia II. Jepang turut mengembangkan budaya yang original dan
unik, dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar, persembahan (boneka bunraku, tarian
tradisional, kabuki, noh, rakugo), dan tradisi (permainan Jepang, onsen, sento, upacara minum
teh, taman Jepang), serta makanan Jepang.
Kini, Jepang merupakan
salah sebuah pengekspor budaya pop yang terbesar. Anime, manga, mode, film, kesusastraan, permainan video, dan musik Jepang menerima sambutan hangat di seluruh dunia,
terutama di negara-negara Asia yang lain. Pemuda Jepang gemar menciptakan trend
baru dan kegemaran mengikut gaya mereka memengaruhi mode dan trend seluruh
dunia. Pasar muda-mudi yang amat baik merupakan ujian untuk produk-produk
elektronik konsumen yang baru, di mana gaya dan fungsinya ditentukan oleh
pengguna Jepang, sebelum dipertimbangkan untuk diedarkan ke seluruh dunia.
Baru-baru ini Jepang
mula mengekspor satu lagi komoditas budaya yang bernilai: olahragawan. Popularitas
pemain bisbol Jepang di Amerika Serikat meningkatkan kesadaran warga negara Barat tersebut
terhadap segalanya mengenai Jepang.
Orang Jepang biasanya
gemar memakan makanan tradisi mereka. Sebagian besar acara TV pada waktu petang
dikhususkan pada penemuan dan penghasilan makanan tradisional yang bermutu.
Makanan Jepang mencetak nama di seluruh dunia dengan sushi, yang
biasanya dibuat dari pelbagai jenis ikan mentah yang digabungkan dengan nasi
dan wasabi. Sushi memiliki banyak penggemar di seluruh dunia.
Makanan Jepang bertumpu pada peralihan musim, dengan menghidangkan mi dingin
dan sashimi pada musim panas, sedangkan ramen panas
dan shabu-shabu pada musim dingin.
Peringkat
internasional
- Indeks Pembangunan Manusia - peringkat ke-8 dan 3 besar di Asia
- Indeks Kebebasan Pers - peringkat ke-11
- PDB - peringkat ke-2
- Indeks Kualitas Hidup - peringkat ke-17
- Indeks Persepsi Korupsi - peringkat ke-17
- Indeks Kebebasan Ekonomi - peringkat ke-17
- Laporan Daya Saing Global - peringkat ke-7
- Peringkat dunia FIFA - peringkat 23
- Total Perdagangan Internasional - peringkat 2
Demikian
Postingan yang dapat Waes’s Educative Blogs Sampaikan. Semoga
Bermanfaat bagi Anda dan Terima Kasih atas Kunjungannya. Demi kemajuan Blog ini
dimasa mendatang, Maka kami meminta partisipasinya kepada Para Pembaca Untuk
Kiranya dapat memberikan komentar baik berupa kritik maupun saran di setiap
postingan dari blog ini. Terima Kasih.
Courtesy
Source:
0 Feed back:
Post a Comment